Mahasiswa, lalu Apa?

Sudah kurang lebih dua bulan, saya resmi menjadi seorang Mahasiswa di Institut Teknologi Bandung. Katanya, almamater saya yang baru ini adalah kampus unggulan. Bahkan, dosen – dosen dan kakak – kakak senior pasti berujar, “Dulu, mahasiswa baru ITB itu disambut dengan Spanduk ‘Selamat Datang Putra – Putri Terbaik Bangsa’”. Oke, saya no comment bagian ini. Karena beberapa orang kemudian memplesetkannya menjadi “Putra – Putri Terkaya” -___-“

Ada desas desus umum yang menyatakan “Mahasiswa baru di ITB itu biasanya mukanya masih cerah – cerah. Trus masih euforia. Atribut ITB, kaos ITB. Masih BANGGA karena berhasil lolos seleksi masuk ke ITB”.

Dan saya, tidak mempersalahkan statement di atas (yang saya rasa, benar untuk sebagian besar maba), sampai akhirnya Senin kemarin, saya mengalami kejadian yang memaksa saya untuk merenung.

Saya bertemu seorang International Student dari Libya, yang sedang ikut program Master di ITB. Ia kehilangan tas ranselnya ketika shalat di Mushola Perpustakaan. Kebetulan, beberapa menit sebelumnya, saya juga baru saja menyelesaikan shalat di situ. Akhirnya,saya menemani orang ini, (karena ia belum lancar bahasa Indonesia), menjadi translatornya, ke Pos Satpam dan saya antar pula ke fakultasnya, untuk mendapat bantuan mengenai tasnya tersebut, yang salah satu isinya adalah Paspor dan KITAS. Boleh dibilang respon dari Satpam dan fakultasnya kurang memuaskan.

Terus terang saja, selama menemani beliau ini, saya seperti menanggung malu, karena sedemikian parahnya moral si Pencuri (yang saya yakin orang Indonesia), sampai hati mengambil barang orang yang sedang menunaikan Shalat. Bukan itu saja, Pencurian ini terjadi di lingkungan kampus yang katanya “Unggulan” di Indonesia. Dan, menurut saya, perlakuan yang didapat beliau ini,sebagai International Student dari pihak kampus juga, kurang memuaskan.

Saya akhirnya sadar, Bangga itu gak berarti apa – apa. Ada banyak kekurangan juga kok dalam kampus yang dibanggakan itu.(Tetap Bangga sih, tapi rendah hati juga :p )

Saya pun bertanya – tanya, apa yang sekarang beliau pikirkan tentang Indonesia dan isinya…

Katanya, Mahasiswa itu “Agent of Change” ,  maka saya berpikir, apa yang bisa saya lakukan sebagai mahasiswa untuk merubah moral Pencuri – pencuri seperti di atas… Karena Mahasiswa bukan hanya status, tapi mengenai apa yang dapat kita lakukan sebagai mahasiswa

8 thoughts on “Mahasiswa, lalu Apa?

  1. Mahasiswa tidak boleh terlena dengan kata “maha” sebagai prefiks kata siswa. Too bad mahasiswa terlalu sederhana memaknai kata mahasiswa (termasuk gue) 😦

    Like

  2. Banyak teori bisa menjelaskan peristiwa seperti itu. Tapi bagimanapun orang tetap layak bertanya. Bukankah perpustakaan adalah salah satu gudang ilmu dan mushalla adalah tempat dimana manusia meneguhkan eksistensi kebertuhannya? Mencuri di mushalla perpustakaan, tempat dimana dua kutub bertemu? Semoga Allah SWT berkenan membuka ruang kesadaran di lubuk hati terdalam sang pencuri rangsel dan sang calon master sabar atasnya.

    Like

Leave a comment